Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Matahari Tak Bergeming

MATAHARI TAK BERGEMING Sekian jauh kau menatap baiknya jalan Seterik itu pula cahayamu Seindah alunan doamu kepada-Nya    Sejernih itu kekuatan tiba layaknya sinar cahaya pagi Sepadu jiwa jua fisikmu tuk meraih hasil Sebenderang itu Tuhan beri asam manis hidupmu Terik, jernih, benderang adalah saksi Ia menghormatimu dengan keteguhannya Ia menemanimu dalam setiap detak jantung tak menentu Ia tak cemburu pada sang malam Karena ia letakkan sinarnya pada rembulan Begitu ikhlas, begitu indah, begitu istimewa Tanpa keluh ia menyinarimu Ia bergerak untuk tak redupkan harimu Iya, hanya untuk itu . . . Matahari tak bergeming

Terjagalah Merah Putih

Negeri ini negeri dengan sejuta gelora Seluas daratan sederet daratan kian menguatkan Ambisi para rakyatnya yang sulit diberhentikan Semangat yang mengapi demi tercapai kemakmuran Penuh kegemilangan di masa jaya adalah acuan pada semuanya Walau gejolak sana-sini tak urung terkurung Panasnya suhu persaingan para penghaus harta dan tahta Terdegradasinya moral yang dahulu kala menjadi kekuatan Tak sadarnya para penghibur amatir akan apa yang dipertontonkan Berapa banyak problema yang harus aku ungkapkan Begitu ironis, namun sungguh aku mencintai negeri kaya ini Dan pasti ada asa orang-orang yang tetap bernada dan bersyukur pada Yang Maha Kuasa Ku pikir negeri ini penuh sesak paras kecantikan dan kemapaman Jiwa nasionalisme dan raga patriotismelah pagarnya Ya Tuhan… Jagalah Indonesia, negeri yang ku cinta

Tulisanku Duniaku

Bergelora semangatku tatkala menulis untaian bait-bait setiap hari Desir darahku menderas seolah terkait pada sebuah keinginan keras hati Tak terpungkiri bahwa begitu mudahnya ku mencintai dunia ini Atau adakah bakat ini sejak kecil dahulu tanpa ku sadari Yang pasti jari-jariku menikmati setiap gerak alur huruf demi huruf layaknya lukisan seni murni Sejenak ku terpikir betapa indahnya dunia ini serasa milik sendiri Ku warnai duniaku dengan hitam pekatnya tinta penaku ini Banyak orang yang kujadikan inspirasi Ku gerakkan hati ini dengan besarnya ekspektasi Berharap jika ada bimbangku yang belum teratasi Sehingga dunia dan seisinya bisa dihadapi Semoga ada waktuku nanti tuk tetap menjaga hati Tak berharap berhenti di ribuan puisi

Kertas Putih

Hidupku damai jika beranggap bagai selembar kertas putih Menjaga harapan untuk tetap hidup pada puisi Menulis banyak syair seolah ku ingin bernyanyi Waktu sudah menjawab ini Jari-jari ini makin tak terbendung pada yang terkasih Banyak terucap dari bibir ini rasa terima kasih Karena dengannya ku bisa berkreasi Memikirkan banyak hal sambil ku makan sepiring nasi Ku menikmati waktu panjangnya pencarian inspirasi Tanpa kertas sulit untuk aku begini Tanpa kertas aku tak bisa berani Tanpa kertas aku kaku tanpa terkecuali Kertas putih . . . Denganmu dan penaku ini aku berjalan hingga dinihari Merangkai untaian-untaian kata dengan jari menari Sejak pagi, siang, senja, malam, dan kembali bertemu pagi Menyambung layaknya panjangnya tali Tersambung manis dan semakin mudah ku pahami Padunya ikatan pena dan kertas putih pada indahnya inspirasi

Selamanya Tinta

Setiap hari ku dapati bahagia Dari lubuk hati terdalam ku mengungkapkan hal istimewa Deretan manis puisi yang akan terbaca Tak terhindarkan akan protagonisnya tinta Tinta ibarat cinta Menemani selalu karena adanya setia Dengannya aku menjadi setengah gila Sungguh pada puisi aku jatuh mencinta Saling melengkapi lekatnya kertas dan pena Menggoreskan tinta sebanyak-banyaknya tanpa terkira Setidaknya dengan segala inspirasi aku bisa leluasa Tanpa harus memikirkan segala hal buruk tiba Aku tak akan berhenti disini menjatuhkan pandangan mata Pena merangkai banyak huruf nan istimewa Kian hari kian aku merasa Aku akan cinta, selamanya tinta

Surganya Indonesia

Rangkaian terindah Sang Maha Pencipta Aroma lautan indah jelas terpampang Jelas indahnya seperti keajaiban Alangkah istimewanya, Raja Ampat Aku tak kuasa bila nanti ku akan terbang kesana Melihat panorama terindah di dunia Papua memang tak ada habisnya Alam Raja Ampat diakui dunia Turis melebur menikmati surga ini Penghilang kejenuhan mereka ku rasa Awan putih bersenandung bahagia menatap ke bawah Pohon-pohon berliuk layaknya manusia berdansa Ungkapan rasa syukur ini tak terbendung Adakah surga dunia di luar sana ?

Terpesona Papua

Damai menghinggapi diri ini saat dipandangi pemandangannya Angin di sekitaran berhembus begitu kencang Naskah Tuhan yang sangat luar biasa terpampang di bumi Papua Alangkah unik, sungguh unik Danau Sentani Untaian istimewa yang lekat akan sejarah dahulu kala Semakin menguatkan keelokan danau ini Estetika tergoreskan oleh Tuhan bergambar cinta pada tengahnya Nelayan-nelayan pun seakan terpanah hatinya Terkirakah diri ini untuk menyambanginya Alam Indonesia mana yang kita ragukan Negeri dengan sejuta pesona Ini salah satu yang terindah, Danau Sentani

Pengagum Rahasia Dirimu

Sulit rasanya membohongi diri sendiri Walaupun tak pengaruhi kaidah hati Kerap bertemu dengannya dalam sebuah mimpi Aku disini untuk berharap pasti Pasti untuk menatap dia yang ku pikir layaknya bidadari Dia bukan milikku hari ini Tapi saat aku berjalan menuju Sang Pemilik Hati Aku yakin, menujuku Allah akan berlari Semuanya ku serahkan kepadaNya tanpa terkecuali Termasuk kau, inginku sang bidadari Mendoakanmu adalah caraku beristiqomah dalam suci Sebab itu adalah perjuangan terbaikku sampai detik ini Hai bidadari . . . Hatimu kukagumi Walau kau tak merasa seperti diriku ini Wahai pengisi hati . . . Saat kau nanti dalam sendiri Bila Allah mengasihiku usia panjang dan padamu kutetap simpan rasa mencintai Tanpa ku tunda, akan ku halalkan dirimu di hari nan istimewa nanti

Plant

I have a plant I planting this plant for a long time One year, until now I hope I can be faithful with my special plant Although . . . I don’t know the fruit This plant only grows higher, everyday But, this is a beautiful phase I will keep this plant Until my plant produce . . . The sweetest fruit

Tak Ku Rasa

Tak ku rasa ku beranjak dewasa Cerita hidupku pun terasa indah Ciptaan puisi elok ku persembahkan Untuk menghiasi dunia baruku ini Terjangan demi terjangan ku alami Masalah silih berganti Saat itu pula ku rasa sebuah ketegaran hati Laksana menyusuri gunung nan tinggi Hariku pun telah terbiasa meladeni Semangatku menyeruak Langkahku mengintai setiap masalah Untuk ku raih sebuah hikmah Agar ku tak merasa resah Walau diriku kepalang basah Kini ku tenang sudah Untuk kedewasaan Hanya kepada-Mu ku berserah

Siapkah Aku?

Sudahkah aku melakukan yang terbaik Walau raga tak sempurna Apakah aku mengingat-Mu setiap waktu Apa aku pantas Ya Tuhan Aku hanya manusia yang memiliki sekian banyak kesalahan Adakah panjang usiaku tuk mengulang terbaik laku Ya Tuhan . . . Sekarang hanya penyesalan yang ku rasa Aku terlampau tergiur akan duniawi Ya Tuhan . . . Berilah aku kesempatan Ku ingin membalikkan semua pandangan burukku Ijinkanlah aku tuk bersiap menghadap-Mu suatu saat Walau ku tak tahu kapan suratan tangan itu hampiri Besar harapku siap menemui-Mu

Sahabat

Tak sedikitpun aku meragu Meramu kehebatanmu Jelas rasa ini untukmu Rasa yang menginginkan bersatu Aku menemukan diriku Saat rasa nyaman datang kepadaku Itu semua karenamu Sahabatku . . . Kau hadir di setiap langkahku Saat ku terjatuh Bahkan saat ku memiliki teman baru Kau ada di sampingku Menyuarakan akan menjaga kebaikanku Sahabat . . . Rugikah kau membuatku tak terharu Walaupun sekali saja kau begitu Jangan sahabat . . . Sudah lebih dari segalanya tugasmu Tanpa ku terka pun kau jadikanku baru Terima kasih sahabat Atas rasamu yang teramat dalam untukku

Rintik Hujan

Seindah senandung lantunan air Bercakap sambil berkaca Berdua kita jalani hati Di tengah rintik hujan Mencium aroma khas hujan yang membuatku rindu akan cinta Sungguh indah masa itu Ku beri seluruh hatiku untukmu Sungguh aku rindu Terlepas dari semua yang tlah terjadi kini Kini terlepas terhempas panas Perbedaan yang dahulu satu Sekarang tak ubahnya raihan kosong Sungguh aku menginginkanmu dahulu Rintik hujan yang bernyanyi dalam lekatnya sebuah perasaan Aku ingin kamu dan rasa yang dahulu Sungguh aku rindu aroma dan rintik hujan

Rasakan Lalui

Berjalan menelusuri jalan begitu terjal Ku melihat sesuatu Ku berhenti pada sesuatu yang tak ku mengerti Walau ku rasa berat tuk melangkah Aku telaah lebih dalam karena aku tertarik Ternyata hanyalah kubangan air kotor Ku hanya bisa bertaut pada Tuhan Berharap ada kekuatan yang tak mengahalangi keteguhanku Akan ku lalui semua ini Jalan yang berkelok dan sama sekali tiada mulus Tuk meraih kekuatan sejatiu Menemukan jalan ke relung hati terbaik Ku rasakan kesukaran Tapi aku lalui semuanya

Perisai

Secarik kertas bertuliskan kegagalan Kalut hati turut serta memporak-poranda Kejemuan rasa berandil jalan kea rah gelap Hati kecilku pun bertanya Apa ini diriku ? Diriku yang selalu jadikan kobaran semangat Diriku yang ku dambakan kekuatannya Aku sadar ini adalah runyamnya hidup Apa aku masih pantas di dunia Dengan banyak yang ku buang percuma Ku pikir hanya untuk memperkeruh rasa Aku mengira aku benar Ternyata semua adalah kesalahan Untuk berdiri aku takkan patah arang Demi satu jalan hidup yang ku dambakan Saat ini aku punya kebahagiaan Aku punya rasa syukur Aku punya semua kobaran api yang sulit tuk padam Perisauku telah tangguh

Pemerhatimu

Ku akui mata ini sulit tuk terbuka di setiap malam Apalagi untuk berbicara Letih ku rasa gagal terunggah karena terpanah Padamu yang membutuhkan matahari di malam hari Kau bukan sekedar rembulan yang tergambar merajut Kau juga aju elakkan dari halnya segumpal awan yang kerap menggelapkan alam Kau lebih dari itu Kau bintang yang memancarkan cahaya sendiri Apa kau menginginkan adanya cahaya di atas cahaya Kau bisa memperangkapkan ungakapan itu Masa depanmu bak matahari yang tetap memerlukan kerlipan Dari pancaran dirimu setiap saat Untuk keindahan nafas hidupmu Bahkan di saat yang lain memerhatimu Mereka tak sadari itu Sebagai keistimewaan yang terasingkan secercah demi secercah cahaya yang berpadu

Nusantara

Negeri rupawan menghiaskan keindahan Kekuatan rasa dan budaya terpampang rapih Warna pelangi tak ubahnya negeri ini Sepanjang ribuan pulau , sepanjang itulah asa para insannya Bahagia terasa lekat saat kita memandang Artistik Tuhan Yang Maha Kuasa Memberikan berbagai keelokan di setiap jengkal negeri ini Indonesia . . .          Ya, itu namanya . . . Tertata apik bak sepadu musik simponi Adakah kiranya aku mengelak dari semua ini Tentu tidak, untaian menawan menawarkan masa hidup Negeri yang kucinta laksana surga Banyak kisah untuk ini Keagungan disematkan oleh Tuhan Wahai negeri yang kucinta Disini aku berjanji akan masa depan Aku berjanji . . . Aku akan bertanah air satu Sampai akhir hayatku

Merindu

Entah telah sekian lama ku mencintaimu Tanpa sepatah katapun keluar dari tatapan Kita hanya mencoba merasuk lewat hati Apa daya upaya itu pun terasa hampa Aku mengerti kita sedang berbenah Membenahi hati dan pikiran Jarak sungguh menjadi batasan Seperti halnya sore dengan kunang-kunang fajar Yang pasti asaku tuk mendoakanmu tetap terjaga Namun, apakah kau melakukan hal yang sama Sungguh aku tak menghiraukan hal itu Terpenting bagiku adalah jiwa dan ragamu utuh Utuh atas kekuatanmu Wahai cinta . . . Aku sangat merindukanmu Kelembutan, senyuman, dan candaan darimu Walau sulit ku menerka hatimu Tanpa keraguan pun, aku berhati untukmu Menanti adanya sebuah kabar darimu Karena . . . Aku merindu adanya dirimu

Menoleh Pun Tidak

Hai rekan . . . Sudahkah kau merasa bahagia Aku sangat berharap akan kehadiranmu kembali Rinduku tak tertahankan setiap menolehmu Seperti ingin ku putar balik semuanya Apa kau rasakan hal yang sama ? Inginkah engkau berbagi cerita kembali ? Sulitnya dirimu hanya sekedar tak lama bertatap Bahkan menoleh pun tidak Sekarang ku pasrah Tapi ku tak pernah penat akan mengingat kisah kita Berbahagialah rekan

Masa

Tertulis akan kelembutan arah Asa selalu datang tak terkira Seakan menjawab upaya terangkat Tapi, kilaunya terpadamkan oleh bisu Tak semudah itukah kau kalah Sekarang . . . Kau bisukan bisu tanpa terhalau Terjanglah jeritan tiada gunamu itu Sediakan tintamu menagih geloramu Rasakan rangkaian demi rangkaianmu Deras kebaikan melanda kepatutanmu Seorang hamba terkisah naik turun Demi keteguhan terjaga sepanjang hidup Masa yang akan menjawab semuanya Dengan untaian keelokan Maha Terkasih

Koruptor

Wahai para pecinta harta Apakah kau tak merasa kau berdampingan Banyak penggerak asa putus asa karena kau Begitu tamak akan yang sementara Apakah kau berfikir mengotak Kau gores hancur hak jutaan insan Tapi karena kau . . . Mereka seakan terkikis dalam diam Mereka diberi wawasan yang semu Agar kau tenang dalam kebiadabanmu Itu semua karena kau . . . Pengkhianatan yang teramat hina Lalu apa yang kau pikirkan setelah kaya Sungguh sadis apa yang kau sumbangkan kepada kami rakyat biasa Kepasikanmu bagai terencana Apakah kau sadar rencana Tuhan lebih besar dari kelicikanmu ?

Jawablah Resah Ini

Wahai pemegang negeri ini Sesaat sebelum kau diberikan sebuah tanggungan Apakah engkau berpikir begitu panjang Sulitnya hidup ini Berharap adanya kebaikan Namun semua tak seindah konsensus Diterbalikannya semua harapan rakyat Kau begitu kecewakan tanggunganmu Sulitnya ratusan juta manusia untuk bergerak hidup Wahai orang nomor satu Janganlah kau biarkan harapan kami terbengkalai Menggebu-gebu kobaran semangat kami untuk perubahan Berikanlah kami sebuah keyakinan akan masa depan kelak Demi hidupkan generasi kebanggaan bangsa Kau tlah memilih tuk menanggung Jangan kau buat resah kami yang hanya para manusia biasa Berikanlah kami jawaban atas segala langkahmu

Malaikat yang Bernama "Orang Tua"

Hadir di tengah kebahagiaan Putih asamu besar cintamu Kau pasang daya demi jalan indah Seakan kau tahu celah hidup ini Pikiran hebatmu tertuang hebat Keelokanmu tertata rapih Keteguhanmu menjadi kepatutan bagiku Kau laksana kertas putih Selembar memutih tanpa banyak orang tau berapa besar perjuanganmu Kini . . . Hanya kebanggaanlah yang ku rasa Relung hatikupun bersorak-sorai Jantungpun berdegup kencang saat tanganmu terulur untukku Cintamu seakan mengalir begitu deras Ayah, Ibu, terima kasih atas kasihmu Aku mencintai kalian