Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

5 Pemuda Berbaju Biru (SS)

5 PEMUDA BERBAJU BIRU             Ada 5 orang Indonesia yang berhasil masuk sebagai staf World Health Organization (WHO), sebuah organisasi naungan PBB yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss. Mereka ialah Abimanyu, Abdul Kahfi, Ade Ahmad, Ali dan Alda Saputra. Mereka semua laki-laki hebat dari Indonesia. Mereka sah sebagai staf pada bulan Agustus 2014, 5 bulan yang lalu. “Akhir-akhir ini banyak negara yang kekurangan bahan pangan, banyak juga yang meninggal….” Alda membuka pembicaraan saat di jam istirahat kerja. Pembicaraannya langsung diselak saja oleh Ade, “Karena krisis ekonomi, di negara-negara ASEAN, khususnya Malaysia.” “Indonesia masih aman. Malaysia paling parah, sampai-sampai terjadi pembakaran gedung-gedung oleh banyak rakyatnya, sambil demo sambil membakar,” lanjut Ali menjelaskan. “Mereka bergejolak, kita tunggu apa atasan menugaskan kita kesana untuk membantu memberikan obat-obatan bagi mereka yang tidak bisa melakukan apapun dan rumah-rumahnya ikut hancur oleh

Kemerdekaan

Kau tumpahkan segala keringat keikhlasan Seluruh keputusan dalam hidupmu kau tegaskan Ksatria sederhana yang tekadnya takkan pernah tertawan Hanya karena hati ingin adanya kemerdekaan Pahlawan… Sampai detik ini sang merah putih yang istimewa itu dikibarkan Sebab kau berani memproklamirkan Sungguh aku menangis turut merasakan Terima kasih pahlawan Perjuanganmu banyak meninggalkan pesan Disini aku berdiri teladani kerasnya perjuangan Terima kasih pahlawan Kau telah hadirkan kebahagiaan Untuk menanam kegigihan bangsa akan sejuta harapan

Matahari Tak Bergeming

MATAHARI TAK BERGEMING Sekian jauh kau menatap baiknya jalan Seterik itu pula cahayamu Seindah alunan doamu kepada-Nya    Sejernih itu kekuatan tiba layaknya sinar cahaya pagi Sepadu jiwa jua fisikmu tuk meraih hasil Sebenderang itu Tuhan beri asam manis hidupmu Terik, jernih, benderang adalah saksi Ia menghormatimu dengan keteguhannya Ia menemanimu dalam setiap detak jantung tak menentu Ia tak cemburu pada sang malam Karena ia letakkan sinarnya pada rembulan Begitu ikhlas, begitu indah, begitu istimewa Tanpa keluh ia menyinarimu Ia bergerak untuk tak redupkan harimu Iya, hanya untuk itu . . . Matahari tak bergeming

Terjagalah Merah Putih

Negeri ini negeri dengan sejuta gelora Seluas daratan sederet daratan kian menguatkan Ambisi para rakyatnya yang sulit diberhentikan Semangat yang mengapi demi tercapai kemakmuran Penuh kegemilangan di masa jaya adalah acuan pada semuanya Walau gejolak sana-sini tak urung terkurung Panasnya suhu persaingan para penghaus harta dan tahta Terdegradasinya moral yang dahulu kala menjadi kekuatan Tak sadarnya para penghibur amatir akan apa yang dipertontonkan Berapa banyak problema yang harus aku ungkapkan Begitu ironis, namun sungguh aku mencintai negeri kaya ini Dan pasti ada asa orang-orang yang tetap bernada dan bersyukur pada Yang Maha Kuasa Ku pikir negeri ini penuh sesak paras kecantikan dan kemapaman Jiwa nasionalisme dan raga patriotismelah pagarnya Ya Tuhan… Jagalah Indonesia, negeri yang ku cinta

Tulisanku Duniaku

Bergelora semangatku tatkala menulis untaian bait-bait setiap hari Desir darahku menderas seolah terkait pada sebuah keinginan keras hati Tak terpungkiri bahwa begitu mudahnya ku mencintai dunia ini Atau adakah bakat ini sejak kecil dahulu tanpa ku sadari Yang pasti jari-jariku menikmati setiap gerak alur huruf demi huruf layaknya lukisan seni murni Sejenak ku terpikir betapa indahnya dunia ini serasa milik sendiri Ku warnai duniaku dengan hitam pekatnya tinta penaku ini Banyak orang yang kujadikan inspirasi Ku gerakkan hati ini dengan besarnya ekspektasi Berharap jika ada bimbangku yang belum teratasi Sehingga dunia dan seisinya bisa dihadapi Semoga ada waktuku nanti tuk tetap menjaga hati Tak berharap berhenti di ribuan puisi

Kertas Putih

Hidupku damai jika beranggap bagai selembar kertas putih Menjaga harapan untuk tetap hidup pada puisi Menulis banyak syair seolah ku ingin bernyanyi Waktu sudah menjawab ini Jari-jari ini makin tak terbendung pada yang terkasih Banyak terucap dari bibir ini rasa terima kasih Karena dengannya ku bisa berkreasi Memikirkan banyak hal sambil ku makan sepiring nasi Ku menikmati waktu panjangnya pencarian inspirasi Tanpa kertas sulit untuk aku begini Tanpa kertas aku tak bisa berani Tanpa kertas aku kaku tanpa terkecuali Kertas putih . . . Denganmu dan penaku ini aku berjalan hingga dinihari Merangkai untaian-untaian kata dengan jari menari Sejak pagi, siang, senja, malam, dan kembali bertemu pagi Menyambung layaknya panjangnya tali Tersambung manis dan semakin mudah ku pahami Padunya ikatan pena dan kertas putih pada indahnya inspirasi

Selamanya Tinta

Setiap hari ku dapati bahagia Dari lubuk hati terdalam ku mengungkapkan hal istimewa Deretan manis puisi yang akan terbaca Tak terhindarkan akan protagonisnya tinta Tinta ibarat cinta Menemani selalu karena adanya setia Dengannya aku menjadi setengah gila Sungguh pada puisi aku jatuh mencinta Saling melengkapi lekatnya kertas dan pena Menggoreskan tinta sebanyak-banyaknya tanpa terkira Setidaknya dengan segala inspirasi aku bisa leluasa Tanpa harus memikirkan segala hal buruk tiba Aku tak akan berhenti disini menjatuhkan pandangan mata Pena merangkai banyak huruf nan istimewa Kian hari kian aku merasa Aku akan cinta, selamanya tinta

Surganya Indonesia

Rangkaian terindah Sang Maha Pencipta Aroma lautan indah jelas terpampang Jelas indahnya seperti keajaiban Alangkah istimewanya, Raja Ampat Aku tak kuasa bila nanti ku akan terbang kesana Melihat panorama terindah di dunia Papua memang tak ada habisnya Alam Raja Ampat diakui dunia Turis melebur menikmati surga ini Penghilang kejenuhan mereka ku rasa Awan putih bersenandung bahagia menatap ke bawah Pohon-pohon berliuk layaknya manusia berdansa Ungkapan rasa syukur ini tak terbendung Adakah surga dunia di luar sana ?

Terpesona Papua

Damai menghinggapi diri ini saat dipandangi pemandangannya Angin di sekitaran berhembus begitu kencang Naskah Tuhan yang sangat luar biasa terpampang di bumi Papua Alangkah unik, sungguh unik Danau Sentani Untaian istimewa yang lekat akan sejarah dahulu kala Semakin menguatkan keelokan danau ini Estetika tergoreskan oleh Tuhan bergambar cinta pada tengahnya Nelayan-nelayan pun seakan terpanah hatinya Terkirakah diri ini untuk menyambanginya Alam Indonesia mana yang kita ragukan Negeri dengan sejuta pesona Ini salah satu yang terindah, Danau Sentani

Pengagum Rahasia Dirimu

Sulit rasanya membohongi diri sendiri Walaupun tak pengaruhi kaidah hati Kerap bertemu dengannya dalam sebuah mimpi Aku disini untuk berharap pasti Pasti untuk menatap dia yang ku pikir layaknya bidadari Dia bukan milikku hari ini Tapi saat aku berjalan menuju Sang Pemilik Hati Aku yakin, menujuku Allah akan berlari Semuanya ku serahkan kepadaNya tanpa terkecuali Termasuk kau, inginku sang bidadari Mendoakanmu adalah caraku beristiqomah dalam suci Sebab itu adalah perjuangan terbaikku sampai detik ini Hai bidadari . . . Hatimu kukagumi Walau kau tak merasa seperti diriku ini Wahai pengisi hati . . . Saat kau nanti dalam sendiri Bila Allah mengasihiku usia panjang dan padamu kutetap simpan rasa mencintai Tanpa ku tunda, akan ku halalkan dirimu di hari nan istimewa nanti

Plant

I have a plant I planting this plant for a long time One year, until now I hope I can be faithful with my special plant Although . . . I don’t know the fruit This plant only grows higher, everyday But, this is a beautiful phase I will keep this plant Until my plant produce . . . The sweetest fruit

Tak Ku Rasa

Tak ku rasa ku beranjak dewasa Cerita hidupku pun terasa indah Ciptaan puisi elok ku persembahkan Untuk menghiasi dunia baruku ini Terjangan demi terjangan ku alami Masalah silih berganti Saat itu pula ku rasa sebuah ketegaran hati Laksana menyusuri gunung nan tinggi Hariku pun telah terbiasa meladeni Semangatku menyeruak Langkahku mengintai setiap masalah Untuk ku raih sebuah hikmah Agar ku tak merasa resah Walau diriku kepalang basah Kini ku tenang sudah Untuk kedewasaan Hanya kepada-Mu ku berserah

Siapkah Aku?

Sudahkah aku melakukan yang terbaik Walau raga tak sempurna Apakah aku mengingat-Mu setiap waktu Apa aku pantas Ya Tuhan Aku hanya manusia yang memiliki sekian banyak kesalahan Adakah panjang usiaku tuk mengulang terbaik laku Ya Tuhan . . . Sekarang hanya penyesalan yang ku rasa Aku terlampau tergiur akan duniawi Ya Tuhan . . . Berilah aku kesempatan Ku ingin membalikkan semua pandangan burukku Ijinkanlah aku tuk bersiap menghadap-Mu suatu saat Walau ku tak tahu kapan suratan tangan itu hampiri Besar harapku siap menemui-Mu

Sahabat

Tak sedikitpun aku meragu Meramu kehebatanmu Jelas rasa ini untukmu Rasa yang menginginkan bersatu Aku menemukan diriku Saat rasa nyaman datang kepadaku Itu semua karenamu Sahabatku . . . Kau hadir di setiap langkahku Saat ku terjatuh Bahkan saat ku memiliki teman baru Kau ada di sampingku Menyuarakan akan menjaga kebaikanku Sahabat . . . Rugikah kau membuatku tak terharu Walaupun sekali saja kau begitu Jangan sahabat . . . Sudah lebih dari segalanya tugasmu Tanpa ku terka pun kau jadikanku baru Terima kasih sahabat Atas rasamu yang teramat dalam untukku

Rintik Hujan

Seindah senandung lantunan air Bercakap sambil berkaca Berdua kita jalani hati Di tengah rintik hujan Mencium aroma khas hujan yang membuatku rindu akan cinta Sungguh indah masa itu Ku beri seluruh hatiku untukmu Sungguh aku rindu Terlepas dari semua yang tlah terjadi kini Kini terlepas terhempas panas Perbedaan yang dahulu satu Sekarang tak ubahnya raihan kosong Sungguh aku menginginkanmu dahulu Rintik hujan yang bernyanyi dalam lekatnya sebuah perasaan Aku ingin kamu dan rasa yang dahulu Sungguh aku rindu aroma dan rintik hujan

Rasakan Lalui

Berjalan menelusuri jalan begitu terjal Ku melihat sesuatu Ku berhenti pada sesuatu yang tak ku mengerti Walau ku rasa berat tuk melangkah Aku telaah lebih dalam karena aku tertarik Ternyata hanyalah kubangan air kotor Ku hanya bisa bertaut pada Tuhan Berharap ada kekuatan yang tak mengahalangi keteguhanku Akan ku lalui semua ini Jalan yang berkelok dan sama sekali tiada mulus Tuk meraih kekuatan sejatiu Menemukan jalan ke relung hati terbaik Ku rasakan kesukaran Tapi aku lalui semuanya

Perisai

Secarik kertas bertuliskan kegagalan Kalut hati turut serta memporak-poranda Kejemuan rasa berandil jalan kea rah gelap Hati kecilku pun bertanya Apa ini diriku ? Diriku yang selalu jadikan kobaran semangat Diriku yang ku dambakan kekuatannya Aku sadar ini adalah runyamnya hidup Apa aku masih pantas di dunia Dengan banyak yang ku buang percuma Ku pikir hanya untuk memperkeruh rasa Aku mengira aku benar Ternyata semua adalah kesalahan Untuk berdiri aku takkan patah arang Demi satu jalan hidup yang ku dambakan Saat ini aku punya kebahagiaan Aku punya rasa syukur Aku punya semua kobaran api yang sulit tuk padam Perisauku telah tangguh