Rear Eyes (SS)
REAR EYES
Ada 2 orang sahabat yang berkuliah
di salah satu Universitas di Bekasi bernama Yuda dan Angga. Mereka baru saja
menyelesaikan liburan semester 1-nya. Mereka sedang berada di kantin kampus
sebelum jam pertama masuk.
“Brother…gimana
kabarnya?” Tanya Yuda.
“Alhamdulillah,
kemana aja kemarin liburan?” Jawab Angga dan balik bertanya.
“Nggak
kemana-mana, cuma di rumah aja bantu nyokap jualan.” Jawab Yuda.
“Keren!”
Singkat Angga sambil mengeluarkan androidnya.
“Lo?
Asik di kampung?” Tanya Yuda kepada Angga. Angga pulang kampung saat liburan.
“Boring
sih, hahaha.” Jawab Angga singkat.
“Annis
sekampung sama lo ya?” Yuda tanya balik.
“Iya,
sama-sama Surabaya. Kenapa?” Tanya Angga.
“Nggak,
2 minggu yang lalu dia update PM, mau kesana tapi nggak jadi.”
“Haha
kenapa tuh orang?”
“Nggak
tau deh.”
Annisa Aulia seorang mahasiswi juga,
sekelas dengan Yuda dan Angga. Sama-sama jurusan Ilmu Komunikasi. Annis seorang
yang pintar, IP dia di semester 1 adalah 3,85. Beberapa dosen senang dengan
kepribadiannya yang sederhana dan kepandaiannya. Hal ini juga tak bisa
disangkal oleh Yuda, diam-diam Yuda memperhatikan Annis. Yuda mempunyai kontak
Annis di Whatsapp, BBM juga nomor telepon biasa.
Yuda seorang yang pendiam, pintar,
rajin dan sederhana. Hobinya adalah membaca, juga bermain futsal. Ia berasal
dari keluarga yang kurang mampu. Di kampus ini, Yuda mendapatkan beasiswa penuh
sampai lulus sebagai sarjana karena Ia berhasil melewati tahapan demi tahapan
tes beasiswa. Soal percintaan, Yuda memang pernah berhubungan dengan salah
seorang bintang kelas di masa SMA-nya dahulu, ya…baru sekali Ia menjalin
percintaan, namun harus kandas karena Ia ingin fokus Ujian Nasional.
Di masa kuliah, Yuda menjalani
kegiatan belajar dengan tekun, Ia memiliki banyak teman yang seru, walaupun Ia
berbicara jika ada perlunya saja alias pendiam.
Salah satu momen yang disenanginya
adalah saat futsal bersama teman sejurusannya dan ditonton oleh banyak teman
perempuannya termasuk Annis. Seperti ada semangat tersendiri saat Annis datang
untuk sekedar melepas penat kuliah.
Berbicara soal Annis, Ia perempuan
yang sholeha, dengan perpaduan pintar, rajin dan cantik. Banyak yang
mengaguminya, termasuk Putra, teman sekelas yang sedang didekat-dekatkan dengan
Annis. Annis tidak memiliki perasaan apa-apa kepada Yuda ataupun Putra, karena
Ia pikir ini masih semester awal dan harus mengenali sikap-sikap temannya
dengan baik.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya di
awal semester 3, mengejutkan bagi Yuda saat mengetahui kalau Annis sudah dekat
sekali dengan Putra. Mereka sering jalan berdua, nonton bareng ataupun
membawakan air mineral saat Putra sedang futsal, bersama Yuda.
Yuda membaca personal message
BBM Annis, obrolannya dengan Putra di grup jurusan, sampai yang tidak terduga
adalah saat Yuda sedang nonton film action terbaru di sebuah Mall di
kawasan Bekasi Barat dan bertemu dengan Annis dan Putra.
“Nunggu
film yang sama?” Tanya Angga kepada Putra.
“Iya
nih, dikit lagi, udah nggak sabar mau nonton bareng kekasih baru.” Jawab Putra.
Pernyataan yang mengejutkan bagi Yuda. Ia merasa cemburu dan terlihat
mendatarkan ekspresi wajahnya.
Selama nonton, Yuda tidak fokus pada
jalan cerita, Yuda terselimuti kecemburuan. Ia memang tak memiliki usaha yang
keras untuk mendapatkan cinta Annis, Ia hanya memanjatkan doa-doa yang baik
bagi Annis saat melaksanakan Tahajud, serta berjanji pada diri sendiri untuk
terus memantaskan diri, memperbanyak ilmu, dan terus memperhatikan orang yang
dikaguminya, keluarga dan juga Annis. Semenjak tahu kalau Annis menjalin kasih
dengan Putra, tak banyak yang bisa dilakukan oleh Yuda. Ia hanya memperhatikan
Annis saat berada di kelas, jika harus stalking media sosialnya hanya
membuatnya cemburu dan sakit hati.
Di kelas, Yuda dan Annis bersikap
biasa seandainya ditempatkan di kelompok belajar yang sama ataupun sedang
mengerjakan tugas. Annis sama sekali tidak merasakan hal aneh dalam diri Yuda,
padahal Yuda kerap memperhatikannya pada saat sedang tidak fokus belajar.
Hubungan Putra dan Annis baik-baik
saja, sampai akhirnya semester akhir terjadi sebuah kejadian yang tidak
diinginkan Annis. Putra memiliki kekasih lain yang tidak bukan adalah salah
seorang teman sekelasnya. Putra merasa jenuh dengan sikap Annis yang makin hari
makin cuek. Ini kesalahpahaman karena di semester akhir ini seluruh mahasiswa/I
di kampus sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan kesiapan siding akhir nanti. Yang
tidak diharapkan adalah saat Annis mengalami kecelakaan di jalan dekat dengan
kampus, saat itu Putra dan kekasih barunya menyerempet Annis tidak sengaja,
saat itu juga Yuda dan Angga menolong Annis karena memang mereka sedang jalan
kaki bertiga.
“Maksud
lo apa? Ha?” Tanya Yuda marah.
“Gitu
doang sih, berlebihan lo!” Jawab Putra yang ternyata terlihat aneh dengan
sikapnya. Angga menolong Annis untuk dibawa ke salah satu rumah warga.
“Lo
mabuk?” Yuda menonjok wajah Putra. Memang menyengat sekali aroma minuman alkohol
dari mulut Putra. Putra sangat lemas sekali kelihatannya. Waktu sudah malam,
entah darimana Putra dan kekasih baru sepulang kampus tadi sore.
“Lo
laki bukan sih? Lo nyakitin perasaan perempuan, bajingan! Ah!” Putra ditonjok
kembali.
“Brengsek!
Ini hidup gua, nggak usah ngatur-ngatur!” Ujar Putra. Mereka berdua lalu
dipisahkan oleh 3 orang warga yang kebetulan sedang berjalan di jalan itu.
Setelah itu Annis merasa sangat
sakit hati, Ia memutuskan hubungan kasihnya dengan Putra, untung Ia memiliki
sahabat seperti Yuda dan Angga. Mereka berdua terus menghibur Annis
kesehariannya.
Yuda tetap memperhatikan Annis.
Setiap kali Annis meng-update PM di BBM-nya yang berkalimat sedih, Yuda
selalu mengikutinya dengan PM yang memotivasi dan bijak. Entah hal itu
dirasakan oleh Annis atau tidak, Yuda tidak ingin tahu yang belum pasti. Yang
pasti, yang dilakukan sekarang adalah setiap bertemu dengan Annis, Yuda selalu
memberikan senyuman terbaiknya. Suatu sore di kantin kampus mereka sedang makan
mie ayam bersama Angga,
“Nis,
gimana kesiapan lo 3 minggu lagi?” Tanya Angga. 3 minggu lagi adalah masa
sidang akhir.
“Alhamdulillah
gue siap Ngga, mudah-mudahan kita sukses ya lewatin sidang itu.” Jawab Annis
tersenyum.
“Ini
minumnya,” Yuda memberikan teh botol kepada Annis dan Angga.
“Makasih
ya,” ucap Annis.
“Lo
udah ada bayangan mau kerja dimana, Nis?” Tanya Yuda.
“Gue
berusaha buat kerja di Kementerian, Yud.” Jawab Annis.
“Semoga
dapet ya, Nis,” ucap Yuda tersenyum.
Setelah itu mereka fokus pada
kesibukan masing-masing hingga akhirnya lulus bersama sebagai sarjana.
Pada hari-hari setelah lulus, Yuda
berkunjung ke rumah Annis. Disambut baik Yuda dengan kedua orang tuanya. Mereka
lalu duduk di saung yang ada di halaman rumah Annis.
“Nis?”
Yuda memulai pembicaraan.
“Iya?”
“Gimana
soal Kementerian?”
“Gue
mau lanjut S2 di Singapore, Yud.”
“Semoga
jalan baik disana,” Yuda tersenyum. Dalam hati, Ia ingin menyampaikan kejujuran
soal perasaannya kepada Annis.
“…”
Annis hanya tersenyum. Beberapa minggu belakangan mereka berdua memang sering
berkomunikasi via BBM, membicarakan banyak hal, hingga Yuda tahu kalau PM-PM di
BBM Annis tentang cinta adalah karenanya.
“Gue
kagum sama lo, Nis. Gue mau jujur tentang sesuatu,” ucap Yuda sedikit gemetar.
“Tentang
apa?” Tanya Annis tersenyum.
“Selama
4 tahun kita saling kenal, gue yang ada di belakang lo, Nis,”
“Maksudnya?”
Tanya Annis bingung.
“Gue
kagum, Nis, gue nggak tau harus bilang apa, selama 4 tahun ini gue bangga bisa
kenal sama lo, gue perhatiin lo setiap kita ketemu, semuanya gue lakuin nggak
berlebihan, gue tahu batasan saat perhatiin orang lain yang bukan muhrim gue.
Gue…”
“…”
Annis juga diam memandang mata Yuda. Mereka duduk berjauhan.
“Ini
kalimat-kalimat yang gue tulis saat lo buat PM yang sedih ataupun senang.” Yuda
menunjukkan foto-foto berupa kata-kata indah yang dibuatnya mengenai Annis.
“Gue
juga udah usahakan untuk bisa kerja di Kementerian Komunikasi sama lo. Bukan
karena gue kagum sama lo, tapi karena passion kita sama. Gue beruntung
bisa merasakan 2 hal yang sama kepada 1 orang, rasa sayang dan rasa beruntung.”
Yuda memberikan surat keterangan bahwa Ia diterima sebagai Pegawai Negeri di
Kantor Kementerian Teknologi dan Informasi.
“Gue
tahu banyak tentang lo, Nis, cuma gue belum berani untuk bilang yang sebenarnya
ke elo. Gue masih memantaskan diri, gue masih banyak belajar untuk masa depan
gue, gue fokus ke keluarga.” Ucap Yuda panjang lebar.
“Terus?”
Tanya Annis, terlihat mengeluarkan air mata.
“Apa
lo bersedia nunggu gue sampai gue merasa pantas…” tiba-tiba Annis menyelak
pembicaraan Yuda.
“Untuk?”
“Untuk
jadi pasangan hidup lo, Nis.” Jawab Yuda dengan nada yang pelan.
“Jujur,
sampai sekarang belum ada laki-laki yang mendekat ke gue, Yud, karena semuanya
tahu kalau gue harus pergi jauh untuk beberapa tahun dan gue menikmati kondisi
ini.” Tanggap Annis.
“So?”
Tanya Yuda.
“Gue
nggak nyangka lo begini, Yud. Sedikit-sedikit emang gue ngerasa nyaman kalau
ada di dekat lo. Dugaan gue benar. Gue bangga bisa kenal sama lo.”
“Bersediakah
kalau kita saling memantaskan diri untuk menjadi sebuah pasangan yang saling
melengkapi suatu saat nanti?” Tanya Yuda to the point.
“…”
Annis menganggukkan kepalanya. Mereka berdua tidak berpacaran, mereka fokus
memantaskan diri masing-masing. Annis menjalani kehidupannya dengan baik di
Singapore dan Yuda beberapa kali menjadi PNS terbaik di Kementerian.
Yuda tetap menjadi “mata belakang”
Annis hingga akhirnya mereka berikrar untuk bersatu selamanya beberapa tahun
kemudian.
Komentar
Posting Komentar